Ujian Nasional (UN) dari tahun ke tahun kerap diwarnai kecurangan yang dilakukan para peserta UN, bahkan tak jarang pihak sekolah turut terlibat dalam praktik itu. Setiap mendekati pelaksanaan UN, ada saja joki para 'penjual' kunci jawaban soal yang menjanjikan keasliannya dan harus diganti dengan bayaran dalam nominal tertentu.
Namun tak sedikit dari mereka mampu memberikan kunci jawaban yang terbilang nyaris benar semua, sehingga bukan hal yang sulit bagi siswa termasuk para orang tua siswa, ikut tergiur memanfaatkan peluang tersebut.
Tak tanggung-tanggung, demi mengantisipasi kecurangan dalam pelaksanaan UN, Pemerintah sampai membuat 20 tipe soal UN, dan setiap siswa yang duduknya berdekatan akan mendapatkan jenis soal yang berbeda. Dibuat strategi apapun, kalau penyebab curang tidak diatasi, selalu saja ada celah yg dimanfaatkan. Selalu ada jalan untuk melalukan kecurangan, jika satu cara tidak berhasil cara yang lainpun akan ditempuh yang terpenting anak didiknya lulus UN.
Mengapa semua pihak yang terkait dengan UN bisa tergiur untuk berbuat tidak jujur? Minimal ada dua penyebab, yang pertama jelas terkait komitmen tiap pribadi untuk tetap berbuat jujur dalam kondisi apapun juga. Hal ini ada hubungannya dengan karakter dan keimanan seseorang. Orang yang memiliki karakter kokoh dan iman yang teguh, meski terdesak sekalipun tidak akan mau menipu dirinya dengan tindakan kecurangan.
Penyebab kedua, yakni terkait dengan 'dosa' Pemerintah yang bersikukuh mempertahankan kebijakan ujian nasional sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan. Padahal ujian nasional memiliki banyak 'cacat' dan hingga saat ini belum menunjukkan adanya korelasi antara angka kelulusan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Padahal di negara Finlandia, ujian sekolah bukan untuk 'menggagalkan' peserta didik tapi sebagai bahan evaluasi guru dan mencari tahu kekurangan metode pembelajaran yang diterapkan. Jadi wajar saja jika saat ini, semua pihak rela melakukan apapun agar siswa tidak gagal ujian, harus lulus UN.
0 comments:
Post a Comment