Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di sekolah-sekolah pemerintah kini telah dinyatakan bubar. Koran Pendidikan Edupost Jogja memberitakan, pembubaran RSBI oleh MK disambut baik para orang tua siswa, diantaranya syukuran yang dilakukan para orang tua siswa sekolah eks RSBI di Yogyakarta.
Mereka menggelar orasi dan potong tumpeng di Tugu Yogyakarta, para orang tua siswa berharap pihak sekolah eks RSBI segera menindaklanjuti keputusan MK itu dengan tidak lagi menarik pungutan kepada siswa.
Menurut para orang tua siswa, sekolah RSBI cendrung melakukan pungutan biaya pendidikan ke siswa, padahal di sekolah lain pungutan biaya pendidikan hampir tidak ada. Intan, salah satu orang tua siswa RSBI SMPN 8 Yogyakarta menceritakan tentang anaknya yang dikenakan sejumlah biaya pendidikan, sementara menurutnya di SMP lain hal itu tidak terjadi.
Di kota lain juga demikian, keputusan MK disambut baik pihak orang tua siswa, seperti yang diberitakan Koran Pendidikan Edupost Jogja. Orang tua dari siswa sekolah eks RSBI mengaku dipungut biaya sekolah yang cukup tinggi. Eko Budi Setianto, wali murid RSBI SMP Negeri 1 Banyuwangi, mengaku membayar Rp 150 ribu per bulan untuk SPP, belum ditambah uang buku, lembar kerja siswa, iuran pembangunan gedung, biaya materi tambahan, hingga biaya beli kalender.
Menurut penulis, pungutan biaya yang cukup tinggi di RSBI disebabkan pihak sekolah mengartikan standar internasional ke dalam berbagai proyek penyediaan fasilitas mahal, seperti pendingin ruangan (AC), laboratorium canggih, layar TV canggih, dan seterusnya. Padahal kualitas pendidikan meningkat bukan dengan cara menyediakan fasilitas mahal namun dengan meningkatkan kualitas pengajaran guru di kelas, menambah aktivitas belajar yang menggali potensi siswa, dan seterusnya.
Semoga dengan dihapuskannya RSBI, pendidikan bisa berjalan sesuai sifatnya yakni mendidik dan bukan diartikan dengan penyediaan fasilitas fisik yang menguras kantong negara.